Sahabat, keimanan bisa diukur dari banyak hal. Salah satunya juga dari apa yang menjadi penyebab tangis kita.
Ada seseorang yang menangis hanya karena hidungnya kurang mancung, atau ada jerawat di pipi padahal besok sebuah acara penting telah menanti. Sementara ada yang terkena kanker atau tumor namun masih bisa tersenyum.
Ada juga yang menangis karena disakiti atau terdzolimi. Pun ada yang menangis karena kelaparan, ketakutan. Tentu ini adalah hal manusiawi.
Ada pula yang menangis mengingat dosa-dosa yang dilakukannya. Dan tentunya kita harus sering melakukan hal ini saking terlalu banyak kesalahan yang kita perbuat.
Apakah kita menangis menghadapi ujian hidup yang terasa sulit? Utang yang melilit, keluarga yang sakit, usaha yang pailit?
Semoga kita selalu ingat bahwa hidup adalah tempat ujian. Bukankah lucu jika ada yang menangis saat dibagikan soal ujian hanya karena kita tak mau mengerjakan soal itu?
Itulah gambaran segala cobaan hidup yang saat ini kita hadapi, tak perlu ditangisi, dikeluhi. Apalagi semua soal sudah disesuaikan dengan kapasitas masing-masing orang.
Namun, menangislah jika tak bisa menjawab soal ujian dengan benar, bukan tangis keluhan. Menangislah karena takut hasil ujian buruk, menangislah karena harap-harap cemas menunggu waktu ujian selesai (baca: kematian). Semoga dengan tangisan itu, Allah Sang Pemberi soal ujian akan mengasihi dan menolong kita.
Sahabat, pernahkah memperhatikan apa yang kita tangisi? Bisakah kita menilai setebal atau setipis apakah keimanan kita dari penyebab kita menangis?
Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang banyak menangisi dunia dan segala ujian yang ada. Aamiin.